Jumat, 24 Juli 2015

Sudah Saatnya



Betapapun aku masih mengharapkan keberadaanmu dihidupku, aku rasa sekarang sudah tidak mungkin lagi bahkan mustahil. Teka-teki yang hampir 2 tahun lalu menjadi misteri kini sudah terkuak atas izin Allah swt. Bagaimana tidak? Kau ingat pepatah “sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga.” Ya, seperti itulah, sepandai-pandainya kau membungkus rapih semua kebohonganmu terhadapku, sekarang tanpa kau beri tahu, aku sudah terlebih dulu mencari tahu. Karena selama ini aku seperti berada di ruangan kosong yang gelap. Sungguh, tak habis pikir. Bagaimana bisa kau menutupi dengan rapih semua kebohonganmu dariku selama hampir 2 tahun? Dimana letak hati nuranimu? Kau tau bahwa aku berada dalam kebohongan tapi kau diam saja. 

Kau tahu? Ketika aku mengetahui semua ini hatiku menjerit kesakitan. Berbagai pertanyaan muncul bergantian dipikiranku. Kok bisa? Mana mungkin? Apa iya? Ah, sudahlah. Rasanya nano-nano. Marah, emosi, sedih, kaget, dan bersyukur. Kini sudah saatnya aku menutup masalalu dan membuka lembaran baru. Yang membuat aku bertahan adalah kekuatan. Kekuatan dari-Nya, sahabat, dan yang terpenting adalah keluarga. 

“Terimakasih karena pernah hadir dan memberiku banyak pelajaran setelah kepergianmu. Kesalahan yang pernah terjadi dalam hubungan kita membuat aku dan keluargaku lebih dekat. Kepergianmu membuat aku menemukan seseorang yang lain yang mencintaiku dan dengannya aku belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Kepergianmu membuat aku belajar caranya ikhlas, sabar dan menemukan sahabat-sahabatku.” Tulisan tersebut aku kutip dari tulisan sahabatku, Ahda. Aku rasa, rasa sakit yang kurasakan tak sebanding dengan apa yang pernah ia rasakan. Sungguh, aku tak ada apa-apanya dibandingnya. 

Kita tak bisa terus-menerus mengharapkan orang tersebut untuk tetap berada dihidup kita. Egois. Ahda bilang “rasa sedih sepaket dengan kebahagiaan.” Jangan khawatir. Kepergiannya justru semakin mendekatkan kita kepada-Nya, kepada keluarga juga sahabat-sahabat. Cheers!

Regards

Peni Guslianti

Sabtu, 27 Juni 2015

Kepergian Orang Tersayang



Lagi-lagi. Hari ini, tepat 1 bulan lebih 2 hari setelah kepergian Almh. Bude, aku kehilangan orang-orang terbaik dalam hidupku. Ana dan asih beserta keluarganya. Singkat cerita, mereka adalah perantau dari Tasikmalaya, asli sunda. Kurang lebih 5 tahun yang lalu mereka datang dan menetap disini (Cileungsi). Mereka datang kesini karena orang tua mereka yang harus bekerja dan mencari nafkah. Awal mula kenal ketika aku masih menginjak bangku SMA. Sebagai pendatang baru, mereka sangat ramah dan sopan. Ketika mengobrol pun logat berbicaranya masih sunda pisan euy. Hehehe.

Ikatan batin antara keluargaku dengan mereka mulai terasa beberapa tahun belakangan ini. Asih, yang saat itu masih menginjak bangku SD khususnya kelas 4, datang ke rumahku lalu menemuiku dan meminta untuk diajarkan mata pelajaran yang dia anggap sulit. Karena seringnya dia datang ke rumah untuk belajar, dia juga sempatkan waktu untuk bermain. Hahaha agak lucu sih, ya. Anak SMA sepertiku masih bermain dengan anak SD. Yaa, tak apalah hitung-hitung agar aku tidak kehilangan masa kecil :D

Ketika aku mulai beranjak kuliah, lalu Ana, adik dari Asih mulai bersekolah di PAUD. Mereka berdua juga sering datang ke rumah untuk sama-sama belajar. “mba, bikinin aku PR, ya”, “mba, nanti dinilai yaa tulisan Ana”, “mba, liatin udah bener apa belum? Atau “mba, bikinin tulisan arab napa” dan masih banyak lagi celotehannya yang sungguh, membuat aku sangat merindukannya. Kami mulai belajar bersama sekitar pukul 19.00 WIB. Asih yang ketika itu sangat antusias, ia rajin sekali mengisi soal-soal yang ada di buku. Ana pun begitu, dengan semangat yang tinggi ia selalu berusaha untuk menulis huruf kapital dari A-Z dengan hampir 2 kali pengulangan.
 
gambar ini karya Ana Ramadhani
Ketika aku memasuki libur panjang di akhir semester, aku berniat untuk berjualan pop ice. Ana dan Asih yang justru sangat antusias selalu membantuku untuk menata dagangan hingga rapih. Dari mulai berbelanja perlengkapan ke pasar, menata dagangan, hingga berjualan mereka ikut andil dalam kegiatan tersebut. Mereka adalah malaikat penolongku disaat aku membutuhkan pertolongan. Aku bukan mengeksploitasi anak loh. Hehehe. Justru mereka sendiri yang sangat antusias yang justru membuatku untuk lebih bersemangat lagi dalam berdagang. Dari berbagai kegiatan tersebut, mereka ikut andil bukan tanpa alasan. Mereka belajar banyak hal yang mungkin kelihatannya sangat sederhana. Datang ke pasar, lalu mereka melihat seluruh kegiatan yang ada di pasar. Belajar membuat pop ice dari mulai mem-blender, memasukkan berbagai macam toping, hingga jadi minuman dingin yang enak. Belajar dalam kegiatan jual beli (ana dan asih berperan sebagai penjual). Belajar transaksi, seperti berapa uang yang harus dikembalikan serta mengenal mata uang dan masih banyak lagi yang mungkin hanya mereka berdua yang bisa merasakannya.

Hari ini adalah hari terakhir mereka berada disini. Tadi siang, mereka sudah pulang ke kota asalnya yaitu Tasikmalaya. Ohya, sebelumnya, aku ingin mengucapkan selamat untuk Ana atas prestasinya mendapatkan rangking 6 dan naik ke kelas 2. Juga selamat untuk Asih atas kelulusannya dan mendapatkan nilai UN tertinggi di sekolah. Aku bangga dengan kalian berdua. Kalian membuatku haru dan bangga sekali sebelum kepergian kalian. Terimakasih atas 5 tahunnya yang sangat berkesan ini. Jujur, aku sangat kehilangan kalian. Orang-orang terbaik yang Allah kirim untuk mengisi kehidupanku. Mamah, Bapak, Endah dan aku semuanya menangis akan kepergian kalian. Rasanya baru kemarin keluarga kami ditinggal orang terbaik, orang yang sangat kami sayangi yaitu Bude. Dan hari ini, lagi-lagi kami harus kehilangan keluarga terbaik seperti kalian. Ketika menulis tulisan ini pun, aku tak bisa menahan rasa kesedihanku akan kepergian kalian ke Tasik untuk selamanya dan belum tahu kapan bisa bertemu kalian lagi. “Tapi Ana dan Asih masih ingat kan do’a kita bertiga?” “Ya Allah, semoga Mba Peni punya mobil. Nanti kalau Mba Peni punya mobil, bisa main ke kampung Ana dan Asih di Tasik. Aamiin.” Aku do'akan, semoga kalian bisa menjadi orang yang berguna untuk keluarga, bangsa dan negara. Aamiin YRA.

Ya Allah, terimakasih telah menghadiahiku orang-orang terbaik pilihan-Mu. Orang-orang yang selalu membuatku tersenyum dan membuat hidupku lebih bermakna. Ya Allah, lindungilah aku, keluargaku, saudara-saudaraku, teman-temanku dan orang-orang terbaik dalam hidupku. Jagalah mereka, semoga mereka selalu berada dalam lindunganmu. Aamiin YRA. 


Sehabis solat berjama'ah




NB: Ana dan asih, maaf yaa tadi Mba Peni ngga sempat berpamitan dengan kalian. Mba Peni harus berangkat kuliah. Mba Peni sayang kalian :’)

Cileungsi, 27 Juni 2015

    Peni Guslianti