Aku kaget loh ketika
kamu memposting catatanmu di facebook dengan latar fotoku. Langsung kubaca dan
aku menangis. Bukan lebay loh, ya. Hehehe. Tapi sungguh, aku merasakan
perjalanan yang cukup berat yang mungkin belum kamu ketahui.
Iya! Dulu kita masih
bau kencur, setiap tepat jam 6 pagi aku berangkat mengaji dengan semangat yang
berapi-api. Tak peduli jauhnya jarak antara rumahku dengan TPA tempatku
menuntut ilmu. Yang ada dipikiranku adalah, aku harus bisa mengaji dan harus
bisa membaca Al-Qur’an sebelum aku memasuki jenjang pendidikan formal yang
lebih tinggi lagi.
Sahabatku, dulu kita
juga pernah mengkhayal sebagai anchor berita; pembawa berita. Aku berperan
sebagai anchor dan kamu sebagai reporter yang sedang terjun di TKP atau bahkan
kita saling bertukar peran. Kita berdialog seolah-olah sedang menyiarkan berita
secara langsung dan ditonton jutaan pasang mata di seluruh Indonesia. Hehehe.
Itu hal yang sangat lucu, bukan?
Oh iya. Cita-cita
yang sewaktu kecil masih abstrak, kini sekarang terlihat semakin konkret. Aku
pengin deh, suatu hari nanti kita punya sekolah khusus anak-anak yang kurang
mampu. Semoga terlaksana ya aamiin.
Regards
Pecinta Cokelat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar